Sepenggal Cerita..

Malam ini kurasakan begitu dingin tak seperti biasanya, namun tak membuat kakiku beranjak dari pantai ini. Hatiku yang menjerit seperti membekukan diriku. Hanya menatap gemerlap lampu yang tampak dikejauhan.

Pikiranku kembali mengembara untuk kesekian kalinya. Memikirkan seseorang yang telah mengisi hari hariku, mengisi seluruh tempat dihatiku tanpa menyisakan sedikitpun. Membawanya pergi dan meninggalkan diriku bersama tangisan.

Aku menyukai kehangatan yang terpancar dari matanya. Ketika pertama kali bertemu, aku begitu yakin bahwa dialah yang akan menjadi pelabuhan terakhirku. Keyakinanku semakin kuat ketika pertemuan demi pertemuan membuat kami semakin dekat.

Dia seperti malaikat yang selalu bisa membuatku tertawa. Selalu berusaha menyenangkanku untuk segala kebersamaan yang kami rajut. Malam minggu adalah hari yang kutunggu untuk bertemu dengannya. walaupun setiap hari dia selalu berbicara denganku di telepon. Mengingatkanku untuk selalu sarapan dan sebagainya. Memberiku nasehat tanpa ada rasa menggurui.

Hari hari yang kulalui begitu indah bersamanya. Namun dia tak pernah sekalipun memberikan sinyal untuk menyatakan perasaannya. Dengan sabar aku menunggu hari itu, karena bagiku sikap yang dia tunjukkan setiap hari memberiku ketenangan akan status hubungan kami.

Hari yang penuh dengan keajaiban. Itulah hari special untukku. Hari kami berdua.

Waktu itu hari masih begitu pagi. Biasanya hari sabtu adalah waktunya bangun siang untukku. Bunyi handphoneku memaksaku untuk membuka mata. Kulihat namanya tertera di layar hpku. Tidak seperti biasanya dia menelepon begitu pagi. Ternyata dia mengajakku untuk lari pagi. Akhirnya aku bangun untuk bersiap siap.


Kami jogging di pantai Ancol. Suasana masih sepi, hanya beberapa orang terlihat sedang berlari. Aku suka jogging begitu juga dengannya. Hal ini menambah nilai keakraban kami. Ketika kami tiba di sebuah jembatan kayu, dia mengajakku melewati jembatan menuju ke tengah laut. Semilir angin terasa lembut menyentuh kulitku. Tiba tiba dia berhenti dan menatapku sambil memberiku sebuah bunga Tulip. Hal ini membuatku terkejut dan salah tingkah.

"Sejak kapan kamu bisa sulap, Dan?" Tanyaku sambil memegang bunga yang dia berikan.

"Sejak aku ingin memberikan kejutan untuk seseorang." Kamu tersenyum menatapku.

"Ri, maukah kamu menerima hatiku seperti kamu menerima bunga Tulip itu?"

Mendengar kata kata yang keluar dari bibirnya membuatku seperti melayang. Hari yang kutunggu selama ini seperti mimpi buatku.

"Ya...Dan." Hanya itulah kata kata yang sanggup aku ucapkan.

Mendengar jawabanku membuatnya tersenyum lebar dan merengkuhku dalam pelukannya. Kami tak henti hentinya tertawa untuk pagi yang indah itu. Untuk hari hari penuh kebahagiaan yang telah kami pupuk. Dan untuk perayaan cinta kami yang semakin nyata di pagi itu.

Malam minggu pertama yang kami lalui setelah aku menjadi pacarnya. Berbeda? mungkin tidak. Sikapnya selalu lembut dan penuh kehangatan untukku. Menampilkan dirinya dengan apa adanya. Sebelum mengucapkan selamat tidur dia berjanji menjemputku besok pagi untuk ke gereja bersama sama.


---------------------------------------****---------------------------------------
Apakah kebahagiaan hanya menempati sedikit waktu dalam hidup dan kesedihan menguasai sebagian besarnya?
Hanya itu yang terbersit di pikiranku ketika mendengar berita tabrakan yang merenggut nyawanya malam itu.


Lils,
Jkt 9 Feb 2011

Comments

Popular Posts