Suka Duka Hidup Di Negeri Orang (2)



Hi, saya kembali untuk menceritakan pengalaman saya tinggal di Korea Selatan.

Sebelumnya saya sudah menceritakan awal2 saya datang ke Korea Selatan Suka Duka Hidup Di Negeri orang(1)
Kali ini saya akan menceritakan kehidupan saya setelah menikah. Ya, akhirnya saya menikah.



Setelah menikah, kami memutuskan untuk tinggal di Busan (suami saya asalnya dari Seoul). Kami memilih Busan karena saya akan belajar bahasa korea di Busan University Language Course.
Yup, saya belum bisa berbicara bahasa Korea dan ketika saya berangkatpun saya masih menggunakan visa belajar bahasa yang berlaku 2 tahun dan harus diperpanjang setiap 3 bulan.
Kehidupan kami di awal awal pernikahan sangat pas pasan karena suami juga baru memulai usahanya dan kami harus membayar uang les saya 15 juta rupiah setiap 3 bulan, dan buat saya itu mahal sekali.
Jadi untuk refreshingpun kami harus memilih jalan jalan yang tempatnya gratis hahaha.

Kalau kita ada kegiatan, maka rasa kesepian bisa dihindari. Ya, sayapun demikian. Setiap hari saya harus belajar di tempat kursus dan bertemu banyak teman dari berbagai negara. tentu saja menyenangkan.
Tapi belajar disini kadang membuat stress karena dalam 3 bulan ada 2x ujian dan tipe orang Korea semua hal maunya cepat sangat berbeda dengan kita yang lebih santai.
Selain harus belajar sangat keras, kami juga belajar tentang kebudayaan Korea Selatan. Biasanya kegiatan ini setiap hari Jumat. Dalam 3 bulan kami pergi trip bersama naik bus ke kota lain.
Untuk biayanya sudah termasuk dalam 15juta itu. Selama saya belajar di Busan University Language Course ini, saya sangat menikmati dan guru gurunya pun sangat perhatian walaupun diluar jam mengajar mereka.
Ketika baru masuk level 1, setelah jam belajar selesai, guru kami mengajak kami ke tempat anak anak muda nongkrong dan memberi tahu kami tempat tempat yang bisa kami kunjungi.
Tapi karena sudah menikah, saya harus pulang lebih cepat.

Kebudayaan Korea Selatan tentu saja berbeda dengan kebudayaan indonesia. Perbedaan kebudayaan ini kadang menjadi masalah dalam pernikahan kami. Jadi saya benar benar harus belajar banyak hal.
Ketika awal awal pernikahan, saya belum mengalami homesick karena sibuk dengan kegiatan dan juga kadang saya masih bisa makan makanan indonesia karena saya membawa beberapa makanan indonesia.
Setelah tinggal beberapa bulan di Busan, saya bertemu dengan wanita indonesia yang menikah dengan pria korea selatan. Kami beberapa kali bertemu dan mengobrol.
Selain itu, saya kadang kadang pergi ke pasar yang menjual sayur dan makanan dari luar korea ( seperti indonesia, vietnam dsb nya ). Jadi saya pun bisa memasak masakan indonesia bila saya ingin makan.

Setelah setahun menikah, sayapun hamil. Kami sangat bahagia tentunya. Dan kami berpikir pasti anak perempuan (padahal dokterpun belum tahu jenis kelaminnya hahaha).

bersambung...

Comments

Popular Posts