Diantara ketidakpedulian

Hari ini hari kedua memasuki masa prapaskah. Seharusnya hati harus dipenuhi perasaan damai dan dipenuhi perasaan bertobat. Segala perilaku buruk, ketidaksabaran, emosi dan lain sebagainya harus dilepaskan dari hati. Namun aku memulainya dengan penuh emosi. Emosi terhadap kerjaan, emosi terhadap orang2 disekitarku. Aku tidak tahu apakah aku yang terlalu sensitive terhadap segala hal...sehingga harus aku yang melihat segala hal disekitarku lebih dulu tentang masalah2 selain pekerjaan. Yang satu mengatakan bukannya tidak mau membantu tapi setiap hal yang aku perbuat maka akan berakibat buruk terhadap benda itu, jadi lebih baik memilih diam. Namun menurutku itu bukan satu alasan karena membantu bukan cuma dengan satu cara. Kalau seseorang peduli terhadap lingkungan sekitar selalu banyak cara tersedia.

Aku mempunyai telinga yang sudah tidak sempurna lagi karena dioperasi ( dan mendengarpun tidak sesempurna mereka yang masih normal), namun kenapa diantara kebisingan yang ada, hanya aku yg mendengar suatu ketidakberesan?..dimana telinga2 mereka?..apakah masih terpasang atau sedang berlari2 mengitari dunia lain kah?
Apakah aku yang terlalu sensitive kah? ataukah mereka yang terlalu cuek bebek. Jadi harus menjadi orang yang seperti apa?.. Pekerjaan memang tugas utama didalam kantor. Namun apakah tidak wajar kalau aku terganggu dengan hal2 yang merupakan kepentingan bersama?..misalnya masalah air yang digunakan bersama..sepertinya masing2 pribadi cuek dan merasa mereka masih harus mengurusi pekerjaan yang bertumpuk2...(aku juga punya banyak pekerjaan yg bertumpuk2)..namun aku tidak bisa tidak peduli. Mungkin aku harus cuek bebek juga barangkali, supaya tidak capek hati. Mungkin lebih baik aku mengutamakan kepentingan diriku sendiri dulu ( disini pointnya diajarkan menjadi egois oleh lingkungan).

Aku berusaha menahan emosi supaya aku tidak merusak masa parapaskah ku ( yang notabene sudah hancur diawal2)...namun aku tidak mau menambah kerusakan itu.

Apakah Hidup di Jakarta memang diharuskan menghilangkan rasa kepedulian dan mementingkan keegoisan?.. Aku tidak ingin seperti itu. Aku ingin berbeda.
Buat apa hidup kalau keegoisan diri sendiri slalu diutamakan...namun aku menjadi stress sendiri atau jalan keluarnya aku harus keluar dari lingkungan yang seperti ini? Tapi kalau keluar bukankah itu artinya tidak menyelesaikan masalah dan menyerah?

Semoga Tuhan menunjukkan jalan yang benar untukku.


Lils, 10:39 PM
Jkt, 18 Feb 2010

Comments

Popular Posts