Surat Untuk Kekasihku

Apa kabarmu hari ini? ...

Aku disini masih dan selalu memikirkanmu. Masih samakah tempatku dihatimu?..hari ini aku bercerita banyak tentangmu. Dinding kamar adalah pendengar setiaku. Tentang hidupmu yang selalu menarik bagiku. Tentang ketika kamu memegang tanganku dan berjalan dalam diammu. Aku juga selalu teringat akan perhatianmu padaku. Tentang pelukan hangatmu dikala kusakit. Obat yang mujarab bagiku saat itu. Tentang aku berkata putus melalui sms dan aku hanya menangis semalaman karna menyakitkan bagiku, namun keesokan harinya kamu datang membawa coklat untukku. Ternyata smsku tidak kamu terima. Dan aku senang itu terjadi.

Aku berpikir bahwa itu pertanda bahwa kita takkan terpisahkan. Bahwa kamu benar adalah pasangan hatiku. Bahwa kamu benar adalah bagian dari puzzle cintaku. Aku selalu berpikir bahwa aku adalah seorang putri untukmu. Kamu dengan sabar selalu mengerti tentang sifatku yang manja. Dulu kamu pernah berkata bahwa aku seorang yang super manja, dan saat itu aku tak menerima pernyataanmu. Aku berpikir bahwa aku bukan seperti itu. Namun sekarang aku mengerti maksud perkataanmu itu.

Tahun tahun yang kulewati bersamamu merupakan tahun tahun penuh perjuangan tapi kamu selalu menjadi penolong dalam hidupku. Namun entah bagaimana, perasaan itu terkikis sedikit demi sedikit. Perubahan yang pelan pelan menggerogoti benang halus dalam hubungan kita. Aku sungguh ingin mengembalikan keutuhan rasa itu, namun pikiranku serasa seperti benang kusut. Aku seperti tak sanggup menopangmu dalam hidupku. Dan ketika kamu berubahpun aku berpikir bahwa semuanya sudah mendekati garis akhir. Rasa itu sudah luntur perlahan lahan, namun masih menyakitkan ketika aku menyadari bahwa kata putus hanya tinggal dieja. Airmata itu masih sama ketika aku mengirim sms putus diawal kita pacaran dulu.

Perasaan tersiksa antara ingin memutar kembali waktu yang sudah berlalu ataukah kuharus maju untuk membicarakan hal ini sebelum seluruh hidupku hancur akan cintamu. Aku tahu, bahwa kamu tidak pernah bisa mengatakan tidak didepanku. Semua itu masih menjadi misteri bagiku hingga sekarang, namun keingintahuanku terkubur rapat rapat bersama dengan lukaku. Saat itu, kamu tahu aku sekuat tenaga mempersiapkan diri untuk tetap tegar, menyiapkan ruang hatiku dan membersihkannya dari namamu.

Aku telah mengetahuinya sebelum aku bertanya kepadamu. Dan untuk puisi perpisahanmu sepeti pisau yang kau tancapkan dihatiku. Sakit. Perih. Membuatku bertanya masih tersisakah kekuatan untuk melihat hari esok. Hari hari yang kulewati terasa sulit. Tempat tempat yang kulewati seperti tertulis namamu semua. Dan aku hanya sanggup untuk mematung tanpa daya. Harapan hidup? Kukira saat itu terlintaspun tak ada dalam pikiranku. Karena aku seperti zombie yang menjalani hari hari yang dingin.

Sejak itu hujan adalah teman sejatiku, karena hanya hujanlah yang mengerti kenapa airmata harus mengalir deras dikala sinar matahari begitu terang. Aku berusaha menggali terus dan menggali sebuah tempat untuk menyimpan kenangan tentangmu. Malam malam yang penuh dengan penyiksaan. Antara yakin dan tidak yakin bisakah kulewati semua itu. Dan perang dalam hatiku membuatku menjadi abu abu diantara putih dan hitam. Dimana aku tak berani melangkah ke bagian hitam ataupun putih.

Mungkin bagimu aku menjadi orang yang kalah. Namun perlakuanmu yang menciptakan warna abu abu itu. Kenyataannya, selama ini aku tidak pernah mengenalmu. Namun semua sudah berbeda ketika kusadari, sudah terlambat untuk marah ataupun benci. Diriku yang tak pernah memperhatikan yang tersembunyi itu ataukah dirimu yang terlalu pintar memainkan peranmu. Dan aku masih berusaha berdoa untuk kebahagiaanmu, karena aku ingin terlepas darimu untuk selama lamanya.

Lil,
Jkt, 03 oct 2010


"Ketika impian terhempas"

Comments

Post a Comment

Popular Posts